Selasa, 06 Mei 2014

pandapatan terbesar club dengan menjuarai liga champhions

13480258661760294433
Tropi Liga Champions merupakan salah satu tropi yang paling diincar oleh pemain bola manapun yang merumput di Eropa. Walaupun untuk menjadi juara cukup dengan hanya 10 kali bertanding, tetapi nilai tropi Liga Champions memang lebih tinggi daripada menjadi juara liga di masing-masing negara. Beberapa pemain top sampai rela berganti kostum manakala klubnya gagal masuk dalam zona liga Champion. Ashley Cole sampai mengatakan kalau main di Liga Eropa (UEFA Cup) adalah sebuah aib, apalagi tidak lolos sama sekali ke turnamen elite Eropa.
Bukan masalah throphy semata hingga seorang Abramovich pun sampai tergila-gila dan terobsesi untuk sekedar mencium throphy ini tanpa peduli seberapa besar investasi yang digelontorkan untuk membangun kekuatan Chelsea. Sir Alex Fergusson saja yang sudah mengumpulkan lebih dari satu lemari thropy dan berbagai macam penghargaan, menganggap bahwa dengan menjuarai Liga Champion, sebuah klub dapat tetap menjaga reputasi dan kebesaran klub, terutama buat MU sendiri. Dan tadi malam kita melihat seorang Mourinho pun berlagak seperti anak kecil yang kegirangan manakala CR7 memastikan kemenangan Real Madrid atas City tadi malam, karena bisa jadi turnamen ini menjadi harapan terakhir meraih prestise setelah tertinggal jauh dari Barca. Lalu apakah demi sebuah piala saja?
Tropi dan gengsi bukanlah tujuan utama. Mungkin alasan yang masuk akal adalah begitu menggodanya aliran dana dalam turnamen bola akbar tahunan di daratan Eropa ini. Dengan estimasi pendapatan komersial dari penyelenggaraan Liga Champions 2012-2013 adalah sebesar 1,34 miliar Euro atau setara Rp16,6 trilyun, siapa yang tidak tergiur.
Dengan asumsi 75% dari pendapatan komersial dibagikan ke klub yang terlibat dalam turnamen ini, maka lebih dari 1.000 juta euro akan dibagikan ke masing-klub yang terdiri dari fixed payment sebesar 500,7 juta euro dan market pool sebesar 409,6 juta euro. Fixed payment sebesar 500,7 juta euro (setara Rp6,2 trilyun) diberikan sesuai aturan UEFA untuk klub yang lolos dari semenjak babak play-off fase grup hingga babak final dengan perincian sebagai berikut:

  •  20 klub dibabak play-off mendapat 2,1 juta euro (sekitar Rp26 miliar) per klub

  •  32 klub dibabak fase grup mendapatkan 8,6 juta euro . Pada fase ini ada bonus kemenangan 1 juta euro (Rp12,4 miliar) per laga, bonus draw sebesar 500.000 euro (Rp6,2 miliar)

  •  16 klub di babak fase knock out sebear rp3,5 juta (setara Rp43,4 miliar)

  •  8   klub di perempat finalmendapat 3,9 juta euro

  •  4 klub di semifinal masing-masing mendapat 4,9 juta euro

  • 2 klub  yang masuk ke Final mendapatkan masing-masing 2,2 juta euro untuk runner up dan 10,5 juta euro
Sementara untuk market pool, nilai 409,6 juta euro (setara Rp5 triliun) dikucurkan sesuai proporsi hasil penjualan hak siar televise sejak babak penyisihan grup. MU, Real Madrid, Barca adalah klub dengan perolehan hak siar televisi yang paling tinggi, maklum saja mereka mempunyai jutaan fans fanatik di seluruh dunia. Real Madrid , Arsenal, PSG dan klub yang menang dalam pertandingan semalam setidaknya sudah menabung sebesar 9,6 juta euro hingga pertandingan pertama fase grup.
Jadi wajar saja jika laga Liga Champion menjadi menarik karena dibalik semua itu ternyata uanglah yang berbicara. Dapat dibayangkan jika MU bisa menyapu bersih kemenangan hingga menjadi juara, maka dengan asumsi perhitungan di atas, MU akan mendapat kucuran dana segar antara 40 sd 60 juta euro setahun. Ini menjadi semakin menarik sebab mulai tahun depan fair play financial akan diterapkan oleh UEFA terhadap seluruh klub tanpa terkecuali. Hingga ajang Liga Champion ini bisa jadi ajang untuk mengumpulkan dana sebanyak-banyaknya dan bukan hanya gelar semata.
Uang telah menyihir sebuah turnamen untuk terus diikuti dan dinikmati, termasuk di Indonesia dimana mungkin jutaan pemirsa tidak peduli harus begadang dua malam setiap dua minggu hanya untuk menonton pertandingan bola. Tidak peduli juga besoknya mata mengantuk berat saat bekerja, yang penting besoknya ada obrolan bola yang menarik untuk siperdebatkan di tempat kerja.
Sementara di sisi lain stasiun TV pun berebut menyiarkan langsung acara ini, padahal jam tayang siaran ini adalah dini hari. Tidak bisa dipungkiri karena animo masyarakat untuk menyaksikan acara ini begitu tinggi sehingga banyak turunan - turunan acara dan kegiatan yang bisa menjadikan ladang bagi pemasukan iklan.
Selamat tersihir dan selamat menonton Liga Champion dan mudah-mudahan tahun ini dapat melahirkan juara sejati dan bukan hanya mengandalkan strategi parkir bus untuk menjadi juara seperti tahun lalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar